Prof Mahfud MD: Bahaya Ilmuan Tukang -->

Header Menu

Prof Mahfud MD: Bahaya Ilmuan Tukang

Wednesday, January 10, 2018

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Prof Mahfud MD, dalam tausyiah singkatnya berpesan agar para cendikian dan pemikir Indonesia untuk mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Adnan Ganto.

“Pak Adnan adalah contoh cendikiawan yang mendarma-baktikan diri dan ilmunya untuk bangsa dan negara. Hal ini harus ditiru oleh banyak pihak karena saat ini di Indonesia banyak sekali bermunculan ilmuan tukang yang bekerja berdasarkan pesanan,” ungkap Mahfud MD.

Cendikiawan dan Ilmuan pesanan yang dimaksudkan oleh mantan Menteri Pertahanan era Presiden Abdurrahman Wahid itu, adalah ilmuan yang memberikan dan mengeluarkan pendapat sesuai pesanan. Padahal, dalam konsep Islam ulama itu harus mampu mengkombinasikan fikir dan Zikir.

“Padahal sejatinya Ilmuan itu tidak semata mengandalkan kemampuan berfikirnya tetapi juga menghadirkan zikir di hatinya. Hal inilah yang akan mampu menjadikan seorang sebagai ilmuan yang ulil albab, yaitu ilmuan yang tidak semata berfikir tetapi juga berzikir atau mengingat Allah,” imbuh Prof Mahfud.

Oleh karena itu, Mahfud MD berpesan tentang pentingnya menghadirkan zikir sembari menghasilkan buah fikir, karena hal tersebut akan menjaga ilmuan dan para intelektual dari buah fikir yang menyimpang.

“Nah Pak Adnan telah melakukan itu, memberikan pendapat secara objektif, tidak memuji tapi tidak pula menjatuhkan. Beliau memetakan dan mempelajari masalah secara objektif untuk kemudian memberikan solusi. Hal inilah yang menyebabkan posisi beliau tidak tergantikan meski rezim terus berganti,” sambung Mahfud MD.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Mahfud mengungkapkan bahwa Ilmuan yang disebut Ulul Albab itu mendasarkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada sekurang-kurangnya 3 pilar.

Ketiga pilar tersebut adalah Iptek dan agama merupakan satu kesatuan yang tidak dikotomis. Dalam Islam, ilmu adalah bagian dari agama. Selanjutnya, Islam dan pengembangan Iptek menerima sepenuhnya rasionalitas tapi menolak rasionalisme.

“Ini yang berbahaya, bagaimana dunia barat mengarahkan ilmu pengetahuan menjadi rasionalisme. Seakan-akan sesuatu yang tidak masuk akal itu tidak ilmiah. Ingat, Islam menerima seluruh kebenaran, bahkan kemajuan dunia Islam itu karena Iptek dihormati, namun paham barat perlahan menggeser itu, ini yang berbahaya,” pesan Mahfud.

Pilar ketika, Iptek harus memihak kepada kemaslahatan umat. Meski metodologinya benar, Iptek tidak boleh dikembangkan jika belum ada jaminan bahwa hal yang dikembangkan itu aman bagi masyarakat.

“Jika tidak berpihak kepada masyarakat, maka Iptek dan perkembangannya yang terlalu sekuler akan menyebabkan kerusakan. Aliran positifisme yang mengatakan bahwa Iptek itu netral, hal inilah yang menjadi penyebab pecahnya perang dunia pertama dan kedua. Oleh karena itu, Iptek harus dikembangkan lebih manusia, makanya kini muncul ilmu-ilmu humaniora.”

“Adnan Ganto telah membuktikan, ilmunya itu diabdikan untuk kebaikan, bukan ilmu yang bisa dibeli berdasarkan pesanan. Oleh karena itu, mari kita terus berusaha untuk menjadi pribadi yang ulil albab, yang selalu berzikir dan berfikir. Nah tugas kita adalah bagaimana membangun Ulil Albab dalam diri kita,” pungkas Prof Mahfud MD.

Sejumlah pejabat dan mantan pejabat nasional  terlihat menghadiri Silaturrahmi dan Syukuran Penganugerahan Gelar Kehormatan Doktor Honoris Causa (DR, HC) kepada Adnan Ganto, di antaranya Widodo AS, Pagdam Iskandar Muda, Sekda Aceh, Rektor Unsyiah UIN Ar-Raniry, Unimal dan UTU serta sejumlah pejabat lainnya.