Irwandi: Aceh Hebat Tidak Akan Terwujud Jika... -->

Header Menu

Irwandi: Aceh Hebat Tidak Akan Terwujud Jika...

Monday, April 16, 2018

Banda Aceh - Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, menyebutkan Pemerintah Aceh melalui Bappeda telah memperbaiki pola pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang). Perbaikan yang dimaksud adalah Musrenbang kini telah melewati tahapan persiapan yang juga diisi oleh forum konsultasi publik, pra pelaksanaan dan pelaksanaan.

Demikian disampaikan Gubernur Irwandi Yusuf saat membuka Musrenbang Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) tahun 2019, di Gedung DPR Aceh, Senin, 16 April 2018. Irwandi berharap, Musrenbang RKPA tersebut bisa mewujudkan APBA yang berkualitas menuju Aceh Hebat.

"Kami yakin, Aceh Hebat tidak akan terwujud jika tidak diawali pola perbaikan sejak perencanaan," kata Irwandi.

Menurutnya ada tiga perubahan mendasar dalam pola Musrenbang 2019. Dimana, seluruh usulan harus melalui proses musrenbang 2018.

"Seluruh stakeholder tidak boleh menyampaikan proposal di luar forum musrenbang," katanya.

Selain itu, semua usulan program harus di-input e-planing yang terintegrasi dengan e-budgeting. Hal itu untuk memastikan tidak adanya usulan kegiatan baru yang terindikasi dan dipersepsikan sebagai titipan atau penumpang gelap.

Selanjutnya, semua usulan program dan kegiatan, baik yang disusulkan kabupaten/kota, SKPA hingga aspirasi masyarakat harus selaras dengan tema dan prioritas pembangunan Aceh tahun 2019.

"Dengan demikian kita harap APBA 2019 bisa menjadi solusi yang efektif untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan di Aceh yang saat ini belum tertanggulangi secara tuntas," kata Irwandi.

Irwandi menambahkan, RKPA 2019 mengangkat tema Penumbuhan Kawasan Strategis dan Konektivitas untuk Pertumbuhan Berkualitas. Tema itu selaras dengan RKP Nasional yaitu Pengembangan Kawasan Strategis dan Konektivitas untuk Pertumbuhan Berkualitas dengan delapan prioritas pembangunan Aceh.

Hal pertama yang menjadi prioritas pembangunan Aceh adalah penurunan angka kemiskinan dan pengangguran. Selanjutnya peningkatan aksesibilitas dan kualitas kesehatan.

Pemerintah juga mencanangkan pengurangan kesenjangan antarwilayah melalui pengembangan kawasan strategis dan penguatan konektivitas. Program prioritas selanjutnya adalah peningkatan ketahanan pangan dan energi, penguatan Dinul Islam dan peningkatan kualitas pendidikan, serta peningkatan investasi dan nilai tambah hasil pertanian, industri kreatif dan pariwisata.

Pemerintah juga memprioritaskan optimalisasi sumber daya alam berkelanjutan, pengurangan resiko bencana, penataan reformasi, dan penguatan perdamaian.

Irwandi mengatakan tema dan prioritas tersebut harus menjadi dasar penyusunan anggaran melalui pembahasan yang komprehensif, intensif dan terpadu dengan pendekatan Evidence Based Planning dan Money Follow Program. Lewat pendekatan itu diharapkan menghasilkan usulan program yang memiliki korelasi kuat dan pendanaan cukup untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran di Aceh.

"Prioritas lain adalah bagaimana pembangunan infrastruktur memiliki fungsi konektivitas antarwilayah dan antarsentra produksi pasar," kata Irwandi. Menurutnya hal itu bakal membuat wilayah Aceh keluar dari status terisolir dan tertinggal.

Irwandi meminta agar para anggota dewan dan pimpinan kabupaten/kota di Aceh dapat memberikan porsi anggaran yang cukup, pada program yang memiliki daya ungkit untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan tidak ada proyek yang terbengkalai.

Irwandi juga meminta agar tujuh proyek strategis nasional di Aceh dapat dilanjutkan pembangunannya hingga tuntas, meskipun lewat masa pemerintahan saat ini.

Sementara Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri, Prof. Zudan Arief Fakhrulloh, meminta agar musrenbang yang dibahas bersama tersebut bukan sekadar formalitas, tetapi substansial. Apalagi menurutnya pengangguran di Aceh yang mencatat angka lebih dari 14 persen.

"RKP kita harus bisa membaca ke depan. Artinya masalah saat ini bisa dilihat dengan pendekatan saat ini," kata Zudan.

Semua hal, kata Zudan, harus dimulai dengan perencanaan yang matang.

Zudan menambahkan, delapan prioritas Pemerintah Aceh tersebut merupakan kebutuhan Aceh yang harus terimplementasi hingga ke pintu rumah masyarakat.

"Ini tugas kita bersama dan kita wajib mengimplementasikan."

Kepala Unit Advokasi Daerah Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Muhammad Arif Tasrif, meminta agar pemangku kepentingan untuk memanfaatkan data secara lebih banyak. Kebijakan-kebijakan yang diambil pun harus berdasarkan bukti di lapangan.

Selanjutnya, untuk menanggulangi kemiskinan juga dibutuhkan komitmen dukungan politik. Hal itu menjadi syarat atau kunci untuk penanggulangan kemiskinan.

Muhammad Arif Tasrif berharap program-program yang disusun lewat Musrenbang RKPA 2019 ini berdasarkan pada kebutuhan masyarakat. Sehingga, kata dia, kemiskinan dan pengangguran di Aceh berkurang.

Gubernur Irwandi Yusuf kemudian menyerahkan proses penyusunan Musrenbang RKPA 2019 ini dipimpin oleh Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.[]