Nelayan Aceh Kembali Selamatkan Pengungsi Rohingya, Ini Kata Lilianne Fan -->

Header Menu

Nelayan Aceh Kembali Selamatkan Pengungsi Rohingya, Ini Kata Lilianne Fan

Monday, April 9, 2018

Ilustrasi Yayasan Geutanyoe saat membantu para pengungsi Rohingya
di Aceh | Dok. Portalsatu.com
BANDA ACEH - Direktur Internasional Yayasan Geutanyoe, Lilianne Fan, mendesak semua negara ASEAN untuk menyerukan penghentian penganiayaan terhadap etnis Rohingya. Yayasan ini juga mendesak para pihak untuk membuat resolusi berkelanjutan dalam krisis Rohingya.

Hal ini disampaikan Lilianne Fan menyikapi aksi heroik yang kembali dilakukan nelayan Aceh, yang menyelamatkan sampan bermuatan lima orang pengungsi Rohingya di 176 Mil dari Kuala Idi, Senin, 2 April 2018 lalu. Para pengungsi tersebut baru tiba di daratan Aceh Timur pada Jumat, 6 April 2018.

Data yang diterima dari Yayasan Geutanyoe menyebutkan kelima pengungsi tersebut terdiri dari dua orang laki-laki, dua wanita dan satu orang anak-anak. Kesemua pengungsi itu kemudian dibawa ke RS Zubir Mahmud di Idi untuk mendapatkan perawatan medis.

Tiga dari lima pengungsi tersebut kemudian dirujuk ke RSUD Kota Langsa untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik, dan dua pengungsi lainnya saat ini dalam pengawasan pihak Imigrasi Kota Langsa.

"Yayasan Geutanyoe yang sejak awal mengetahui keberadaan sampan tersebut terus memantau dan mendampingi nelayan Aceh dan berkoordinasi dengan otoritas Kabupaten Aceh Timur dan Kota Langsa. Selain bantuan advokasi, Yayasan Geutanyoe juga menyalurkan bantuan dasar berupa makanan dan pakaian," ujar Lilianne Fan dalam siaran pers yang diterima awak media, Senin, 9 April 2018.

Sebelumnya, Yayasan Geutanyoe Malaysia bersama MAPIM (Majelis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia) turut menyalurkan bantuan kepada pengungsi Rohingya yang mendarat di Langkawi pada 3 April 2018. Para pengungsi yang berjumlah 56 orang tersebut baru mendarat di Langkawi setelah mendapat izin berlabuh dari otoritas Malaysia, Minggu, 1 April 2018.

Puluhan pengungsi ini terdiri dari 18 laki-laki, 17 wanita, 12 anak perempuan, dan 8 anak laki-laki.

Menurut Lilianne, para pengungsi ini sempat ditolak oleh militer Thailand. Mereka kemudian terombang ambing di lautan selama tiga pekan. Yayasan Geutanyoe yang mengetahui informasi tersebut, kemudian meminta pemerintah Malaysia agar dapat memberikan izin masuk ke negara itu. Mereka juga meminta Malaysia untuk memberikan bantuan kemanusian karena kondisi pengungsi begitu memprihatinkan.

“Sejak hari Minggu kita telah melakukan lobi dan komunikasi dengan Putrajaya agar melakukan search and rescue dan menampung pelarian Rohingya tersebut karena sudah tiga minggu terapung di lautan,” ujar Lilianne Fan lagi.

Dalam kesempatan tersebut, Lilianne Fan turut mendesak pemerintah daerah dan semua pemangku kepentingan agar membuat persiapan dalam pencarian, penyelamatan, pendaratan dan perlindungan kepada pengungsi Rohingya. Mereka juga mendesak negara-negara ASEAN untuk mulai membuat kebijakan regional, sesuai dengan standar Internasional & Global Compact on Refugee.

"Yayasan Geutanyoe memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada seluruh jajaran Pemerintah Aceh, Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, Pemerintah Kota Langsa, terutama sekali nelayan Aceh (KM. Karunia King), Panglima Laot dan masyarakat Aceh Timur yang sudah menunjukkan aksi kemanusiaan yang sangat luar biasa. Apresiasi kami juga kepada Pemerintah Malaysia yang telah bersedia memberikan izin mendarat dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada boat Rohingya yang terdampar di perairan Langkawi," kata Lilianne.[]