Televisi Rusia Ingatkan Warga Bersiap Hadapi Perang Dunia III -->

Header Menu

Televisi Rusia Ingatkan Warga Bersiap Hadapi Perang Dunia III

Sunday, April 15, 2018

Moskow - Dugaan penggunaan senjata kimia dalam serangan di Douma oleh pasukan Suriah telah memancing reaksi keras dari negara Barat.

Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis siap membalasnya dengan serangan militer, kendati belum ada keputusan resmi.

Sementara, Rusia yang bersekutu dengan Suriah, bakal memberikan perlindungan maksimal di negara yang sedang dilanda konflik itu.

Menanggapi situasi krisis Suriah kian memanas, saluran televisi pemerintah Rusia menyiarkan tayangan berisi informasi yang tidak biasa. Penyiar di saluran berita Rossiya-24 meminta penontonnya untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan Perang Dunia III.

Dilansir dari Metro, Jumat (13/4/2018), penyiar menyarankan agar masyarakat membawa sejumlah barang dan makanan terbaik yang bisa dibawa ke tempat penampungan.

Penyiar meminta penonton membawa yodium untuk melindungi diri mereka dari radiasi.

Penyiar bernama Alexey Kazokov itu juga menganjurkan masyarakat agar membawa beras dan oatmeal karena mampu bertahan lebih dari tiga tahun.

"Hidup di bawah tanah tentu saja akan sulit untuk bisa makan yang manis. Cokelat, permen, susu kental manis, itu semua ditinggalkan," katanya.

"Para penyintas profesional tidak merekomendasikan membawa produk tersebut ke pusat penampungan," tambahnya.

Seorang pakar yang diwawancarai melalui Skype, Eduard Khalilov menambahkan, akan sangat baik jika masyarakat membawa lebih banyak air.

"Anda bisa hidup tanpa makan selama dua atau tiga pekan, namun lebih sulit jika harus hidup tanpa air dalam waktu tiga hari saja," ujarnya.

Ketegangan menanggapi serangan senjata kimia oleh pasukan Suriah nampak mencapai puncaknya, terutama setelah Rusia memveto draf yang diajukan AS di Dewan Keamanan PBB.

AS mengajukan proposal untuk menyelidiki penggunaan senjata kimia di Suriah. Para pemimpin negara Barat meyakini, klorin digunakan dalam serangan pada Sabtu (7/4/2018) di Douma, kota utama benteng pemberontak di Ghouta Timur, Suriah.

Pemerintah Inggris memperkirakan 75 orang tewas dalam serangan itu, dan meminta Presiden Suriah Bashar Al-Assad untuk bertanggung jawab.[] sumber: kompas.com