Sekda Minta Pangan Lokal Dijual di Toko Tani Indonesia -->

Header Menu

Sekda Minta Pangan Lokal Dijual di Toko Tani Indonesia

Friday, May 11, 2018

Banda Aceh - Sekda Aceh, Drs. Dermawan MM., meminta Toko Tani Indonesia Center, yang baru dibuka di Aceh, untuk menjual produk berbasis pada potensi pangan lokal. Hal tersebut selain dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat kalangan bawah, tentunya juga akan mempermudah penjualan produksi pangan lokal.

"Jumlah (ketersediaan barang) dan cadangan pangan harus cukup serta bermutu. Selain itu perhatikan pangannya harus aman, bersih dan halal serta berbasis pada potensi pangan lokal," kata Sekda saat meresmikan Toko Tani Indonesia Center Provinsi Aceh di Lamprit, Banda Aceh, Rabu (9/5/2018) pagi. 

Sekda berharap adanya keseimbangan harga kebutuhan pokok dengan adanya TTI Center. Apalagi jelang puasa dan perayaan hari raya Idul Fitri, harga kebutuhan tidak berangsur naik. 

"Peran toko ini sangat strategis untuk pengendalian harga."

TTI Center, ujar Sekda, juga bekerjasama dengan distributor khususnya distributor pangan lokal, sehingga hasil panen penyedia pangan lokal terserap. 

"Dijual tetap di bawah harga pasar. Pembeli tidak boleh borong dan belanjaannya dibatasi. Apa yang dibeli harus sebatas pada kebutuhan saja," kata Sekda Dermawan, seraya berharap Dinas Pangan Aceh bisa mengembangkan toko serupa di berbagai daerah lain di Aceh. 

Kepala Dinas Pangan Aceh, Ilyas, MP, mengatakan keberadaan TTI Center harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, khususnya oleh masyarakat yang berada di kawasan TTI. 

Program TTI sendiri, ujar Ilyas, induknya terletak pada pengembangan usaha masyarakat sekaligus untuk mendukung salah satu program prioritas pemerintah Aceh, yaitu "Aceh Troe".

"Selain memasarkan dengan harga terjangkau, kehadiran TTI juga memberi kemudahan akses kepada masyarakat dalam hal mendapat pangan dengan harga murah," kata Ilyas.

Sementara itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Indonesia, Ir. Hasanudin Rumra, mengatakan TTI Center Aceh merupakan salah satu dari 20 unit TTI Center yang ada di seluruh Indonesia. 

Hasanuddin berharap, TTI tersebut tidak hanya melayani masyarakat sebatas pada kebutuhan hari ini. "Buka sampai Minggu," katanya. Ia juga berharap, TTI bisa dibuka hingga ke tingkat paling bawah dan bekerjasama dengan Pemerintah Aceh, dengan sedikit menganggarkan dana APBA. 

"Isi TTI ini dengan semua kebutuhan pokok. Sasaran kita adalah bagaimana masyarakat ekonomi lemah bisa terlayani dengan pangan yang harganya terjangkau," kata Hasanuddin.

Kementerian Pertanian Indonesia kata Hasanuddin, sangat mengapresiasi Pemerintah Aceh. Hal tersebut dikarenakan antusiasme pemerintah Aceh dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional. Berkat dukungan pemerintah, serapan gabah Aceh, kata Hasanuddin masuk dalam 10 besar nasional. 

"Aceh posisi delapan. Kita patut berbangga karena Aceh menjadi salah satu penyumbang pangan nasional," kata Hasanuddin. Untuk diketahui, produksi gabah Aceh mencapai 2,5 juta ton per tahun.

Secara umum, Hasanuddin melaporkan bahwa daerah Aceh tidak masuk daerah krisis pangan. Sentra produksi pangan di Aceh juga mencukupi. Hanya saja, pengendalian harga perlu dilakukan sehingga sebaran pangan di seluruh Aceh bisa merata. 

Menurut Hasanuddin masalah yang terjadi di Aceh terletak pada aksesibilitas. Banyak daerah terpencil yang sulit dijangkau untuk pendistribusian pangan. Hal tersebut membuat harga pangan sedikit lebih tinggi di beberapa daerah. 

"Penting dilakukan aksesibilitas ke daerah terpencil. Kalau tidak secara fisik pendistribusian pangan tidak akan menjangkau daerah terpencil," kata Hasanuddin.