Hal itu di sampaikan penyuluh pertanian Simpang Tiga Khaidir Selasa 23 Februari 2021.
"Patogen ini mampu membuat bulir padi hampa karena serangannya dileher malai, sehingga menyebabkan bulir padi tidak bisa terisi dan malai menunduk meski malai belum terisi". Jelas Khaidir.
Gejela busuk leher ini diketahui setelah monitoring lanjutan oleh POPT Kecamatan Simpang Tiga. "Pertama saya dan teman-teman di BPP Simpang Tiga tidak mengetahui gejala busuk leher, karena tidak tampak, kemudian saat pengamatan kedua dihari yang berbeda, baru terlihat busuk leher dan ada benang-benang putihnya, yang kami yakini itu adalah miselium jamur patogen tersebut". Jelas Vivi Yana Zamzami selaku Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman( POPT).
"untuk apa lagi kita semprot Fungisida, itukan memang sudah tidak bisa lagi diselamatkan". Begitulah pernyataan petani yang ikut nimbrung saat kami duduk di warkop petani yang mana padinya menampakkan gejala "busuk leher" alias neck Blast.
Kenapa harus tetap dilakukan penyemprotan fungisida, ini untuk mencegah penyebaran kepetak sawah tetangga.
"Padi disampingnya kan juga udah pengisian bulir, jadi sudah jelas tidak ada serangan jamur tersebut". Pendapat petani tadi.
"Jamur penyebab busuk leher mampu bertahan di gabah dan dijerami hingga tiga tahun lebih, Jadi dengan tindakan penyemprotan fungisida dilahan sekitar petakan berkasus tersebut, ini merupakan langkah antisipasi kontaminan jamur patogen pada gabah". Jelas Khaidir.
"Bisa-bisa kami dari Balai Penyuluhan Pertanian yang berada di Kecamatan Simpang Tiga, harus mengeluarkan rekomendasi pelarangan agar benih padi untuk musim tanam kedepan tidak bisa digunakan dari area sekitar dan harus benih yang bersertifikat". Tambahnya lagi.
" Tujuannya agar tidak ada lagi serangan Cendawan Pyricularia grisea yang dapat menyebabkan fuso atau gagal panen". Tambah Khaidir alumni Pertanian Unsyiah jurusan Hama Penyakit Tumbuhan.