Soal 9 Gereja di Aceh Dibongkar, Natalius Pigai: 6 Tahun Jokowi Berkuasa -->

Header Menu

Soal 9 Gereja di Aceh Dibongkar, Natalius Pigai: 6 Tahun Jokowi Berkuasa

Wednesday, August 4, 2021

Jokowi 9 gereja aceh dibongkar
Umat Nasrani di Aceh Singkil berpesan kepada Presiden Jokowi soal 9 gereja mereka yang dibongkar/ Instagram @kabarseju

Peristiwa.co, Jakarta - Mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KomnasHAM), Natalius Pigai angkat suara soal kabar bahwa ada 9 gereja yang dibongkar di Aceh.

Natalius Pigai menyoroti hal-hal yang terjadi kepada umat Kristiani di bawah 6 tahun Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkuasa.

"6 tahun Jokowi berkuasa, didukung Gereja mengobrak-abrik suara Rakyat," katanya melalui akun Twitter NataliusPigai2 pada Selasa, 3 Agustus 2021.

"Umat Tuhan Yesus tanpa Baitul Allah. Gereja terbungkam dibalik kekuasaan," tambahnya.

Natalius pun bertanya di mana peranan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) yang mengawal Pancasila di Istana Negara.

Ia mengaku bahwa ia tidak marah kepada masyarakat Aceh terkait pembongkaran gereja ini.

"Saya tidak marah orang Aceh. Saya sayangkan implementasi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika," katanya dengan menandai akun Twitter resmi Jokowi.

Sebelumnya, Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (Sejuk) mengabarkan soal terabaikannya hak-hak beribadah umat Kristen di Aceh Singkil.

Melalui Instagram pada Minggu, 1 Agustus 2021, Sejuk menyampaikan bahwa umat Kristen Aceh Singkil menuntut Presiden Jokowi untuk memenuhi hak-hak beribadah mereka yang terabaikan selama 6 tahun.

Disampaikan juga bahwa ribuan jemaat dari 9 gereja yang dihancurkan hanya bisa beribadah di bawah tenda, seng, dan atap rumbia.

Sejuk juga mengunggah beberapa gambar di mana warga memegang kertas berisi curahan hati mereka atas kondisi ini.

"Pesan untuk Presiden. 9 gereja di Aceh Singkil dibongkar begitu saja. Nasrani butuh keadilan di Aceh Singkil," demikian ditunjukkan salah seorang umat.
 
Pada gambar lain, seorang perempuan menunjukan kertas yang bertuliskan bahwa mereka telah beribadah selama 6 tahun di bawah tenda, namun tak kunjung mendapat kepastian hukum dilansir Terkini.id dari Indozone, isu intoleransi di Aceh Singkil ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir.

Pada tahun 2015 lalu, sebuah gereja di Desa Sukamakmur, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, dibakar oleh oknum. 
Pembakaran gereja tersebut merupakan buntut bentrok antarwarga yang menyebabkan satu korban jiwa dan empat korban luka.(tekini.id)