Mengenal Sosok Pocut Meurah Intan -->

Header Menu

Mengenal Sosok Pocut Meurah Intan

Friday, March 18, 2022


Blora – Gubernur Aceh Ir H Nova Iriansyah MT menyampaikan usulan agar salah satu tokoh pejuang perempuan Aceh, Pocut Meurah Intan menjadi Pahlawan Nasional.

“Mudah-mudahan semangat kepahlawanan beliau dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia dan menggugah semangat kita semua dalam membangun negeri ini menjadi lebih baik lagi, apalagi jika beliau dapat diusulkan menjadi Pahlawan Nasional,” kata Gubernur Aceh saat dijamu makan malam oleh Bupati Blora, H Arief Rohman, S.IP, MSi beserta Unsur Forkopimda Blora, di Pendopo Rumah Dinas Bupati Blora, di Blora, Jawa Tengah, 17 Maret 2022.

Pada kesempatan itu, Gubernur Nova juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Jawa Tengah (Jateng) dan Kabupaten Blora, karena telah merawat dan menjaga makam Pocut Meurah Intan yang merupakan pahlawan perempuan dari Tanah Rencong itu.

“Dan Insyallah, tahun ini Pemerintah Aceh juga akan melakukan pemugaran terhadap makam Pocut Meurah Intan,” ujar Gubernur Nova.

“Insya Allah, besok sebelum menuju ke kampus Akamigas, kami akan terlebih dahulu berziarah untuk mengunjungi makam salah seorang pahlawan perempuan asal Aceh yaitu Pocut Meurah Intan atau dikenal juga dengan nama Pocut Meurah Biheu,” kata Nova.

Pocut Meurah Intan merupakan sosok pejuang Aceh, salah seorang srikandi yang namanya masih begitu hidup di dalam dada masyarakat Aceh hingga saat ini, karena berkat kegigihannya perjuangan beliau mengusir penjajah dari Bumi Nusantara ini.

Bersama suaminya, Tuanku Abdul Majid, Pocut Meurah Intan dikenal sebagai tokoh dari Kesultanan Aceh yang paling anti Belanda.

Menurut catatan sejarah, perjuangan Pocut Meurah terjadi di akhir abad 19 sampai awal abad 20. Pada 11 November 1902, beliau dikepung oleh serdadu khusus Belanda dari Korps Marchausse dan terdesak. Dengan dua tetakan luka di kepala, dua di bahu, sementara satu urat kening dan otot tumitnya putus, beliau terbaring di tanah penuh dengan darah dan lumpur.

Namun beliau tetap tidak menyerah dengan rencong yang masih tergenggam kuat di tangannya. Semangat pantang menyerahnya ini ternyata sangat dikagumi Belanda, bahkan beliau diberi gelar Heldhafting atau yang gagah berani.

Sehingga, berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda, pada 6 Mei 1905, beliau beserta putranya, Tuanku Budiman, dan seorang anggota keluarga kesultanan bernama Tuanku Ibrahim diasingkan ke Blora, Jawa Tengah. Di Blora pula, Pocut Meurah Intan berpulang ke rahmatullah pada 19 September 1937, dan dimakamkan di Desa Temurejo.

Pemerintah Aceh Segera Pugar Makam Pocut Meurah Intan di Blora